Jumat, 25 April 2014

Laporan Tugas Sistem Informasi Akuntansi



SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN
DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT











 




Oleh:

NENENG KUMALA
MI 12008





MANAJEMEN INFORMATIKA
POLITEKNIC INDOTEC
KENDARI
2014




KATA PENGANTAR


Puji syukur kepada Allah SWT. atas segala kemudahan dan karunia yang
dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT
makalah ini disusun guna memenuhi tugas yang telah di berikan oleh dosen pembimbing politeknik indotec kendari.

Penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan bantuan dari semua pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Dosen pembimbing yang telah membantu saya dalam membantu membuaat makaalah ini hingga terselesaikannyamakalah ini yaitu :
1. YACOB BREMEER,SE.MM. selaku dosen politeknik indotek kendari.

Penulis menyadari bahwa makah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya pembaca yang membutuhkan informasi yang berkaitan dengan makalah
ini.


kendari, 26 April 2014
                                                                 


 Penulis







ii
DAFTAR ISI



Halaman Judul................................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................................ ii
Daftar Isi.......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah........................................................................................2
1.3. Pembatasan Masalah ......................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI ............................. ..............................................................3
2.1. Sistem Informasi Akuntansi ........ ................ .................................................3
2.1.1. Pengertian Sistem................................... .................... .........................3
2.1.2. Pengertian Informasi .............................. .................... ........................3
2.1.3. Pengertian Akuntansi .................... .................... .................................3
2.1.4. Pengertian Sistem Akuntansi........ ................ .......................................3
2.1.5. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi ............. ..................................3
2.1.6. Bagan Alir (Flowchart) .............................................. ................ .........5
2.2. Konsep Dasar Sistem Penerimaan Kas Dari Penjualan Tunai .. ......................6
2.2.1. Fungsi – fungsi yang terkait ........................................... ......... ...........6
2.2.2. Informasi yang dibutuhkan oleh Manajemen.............................. .........6
2.2.3. Dokumen yang digunakan.................................................. .................7
2.2.4. Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem......... ............. ..................7
2.2.5. Catatan Akuntansi yang Digunakan .................................... ................8
2.3. Unsur Pengendalian Intern .................................................. ..........................8
2.3.1. Organisasi ..................................................... ......................................8
2.3.2. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan ...... .............. ......................9
2.3.3. Praktik yang Sehat............................................................. ...................9
2.4. Pengertian Auditing Sistem Informasi ............................... .............................9
2.4.1. Tipe-tipe metode proses audit sistem informasi................. ......... .........9
2.4.1.1. Auditing Around the computer............................... ......... .................10
2.4.1.2. Auditing Throught the computer ...................................... ........... .....11
2.5. Kebutuhan Akan Pengendalian Teknologi Informasi ........ .............................44
2.5.1. Pengertian dan Penjelasan Framework COBIT.................. ......... ..........44
2.5.2. Arahan-arahan yang terdapat dalam konsep framework COBIT... ........44
2.5.3. Elemen-elemen yang terdapat dalam konsep framework COBIT.. ........47
2.5.4. Para pengguna / pemakai Panduan Audit (Audit Guide Lines) yang
Dijelaskan dalam COBIT..................................................................................48
2.5.5. Definisi COBIT ........................................................ ................ ............49
2.5.6. Sumber daya IT yang diidentifikasikan serta dijelaskan dalam COBIT...50

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN.........................................................................13
4.1. Profil Perusahaan......................................................................... .................. .13
4.1.1. Penjualan dan Pemasaran ................................... ................ ........ ........13
4.1.1.1. Program Promosi................................................. ...............................13
4.1.1.2. Layanan Konsumen................................. ................ ........ ................13
4.1.1.3. Area Marketing Contractor....................... ......................... ................13
4.1.1.4. Layanan Pendingin Produk ............................................... ................13


iii
4.1.1.5. Ho Re Ca ...........................................................................................13
4.1.2. Produksi dan Distribusi .........................................................................13
4.1.3. Sistem Informasi....................................................................................14
4.1.4. Struktur Organisasi Divisi Sistem Informasi...........................................14
4.1.5. Flowchart sistem informasi akuntansi penjualan kredit ……..………....15

BAB IV PENUTUP.............................................................................................................18
5.1. Kesimpulan.....................................................................................................18
5.2. Saran...............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………..19






















iv
BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang

Dalam satu dasawarsa terakhir, iklim bisnis secara global berkembang demikian cepat. Denyut persaingan meningkat seiring lonjakan nilai perdagangan dan arus perpindahan modal antar bangsa. Batas teritorial kini bukan lagi kendala untuk melakukan ekspansi usaha. Hal ini bisa dilihat pada penetrasi pasar perusahaan global, sungguh di luar dugaan. Mereka menerobos ke berbagai
negara, menciptakan kebutuhan, membentang pasar dan akhirnya mengeduk keuntungan secara optimal.
Tentu tidak ada yang salah dengan praktik tersebut. Dengan mengusung proses bisnis yang sangat rapi dan teratur mereka sanggup melakukan optimalisasi setiap proses produksi. Setiap investasi yang ditanamkan berujung pada imbas hasil yang berlipat ganda. Potret bisnis seperti itu, sungguh bukan perkara yang mudah untuk diwujudkan. Butuh dukungan beragam faktor, mulai dari dana, sumber daya manusia (SDM) yang kompeten, hingga strategi manajemen yang jitu. Selain itu penguasaan teknologi informasi (TI) juga menjadi aspek yang sangat dibutuhkan. Pemanfaatan teknologi, membantu perusahaan untuk melakukan lompatan-lompatan usaha.
Saat ini, para pebisnis mulai sadar bahwa teknologi membantu mereka memperbaiki proses bisnis. Penggunaan teknologi tidak hanya sebagai proses otomatisasi informasi, tetapi juga menciptakan akurasi, kecepatan dan kelengkapan sebuah proses bisnis. Praktik ini sering disebut dengan istilah ebusiness. Secara sederhana, e-business boleh diartikan sebagai konsep tata kelola
usaha dengan memanfaatkan teknologi, sehingga penggunaan tenaga, modal dan sumber daya bisa lebih efisien, serta menghasilkan output yang optimal (wartaekonomi.com, Selasa 13 Juli 2004). Dalam jangka panjang pola seperti itu membuat proses bisnis kian efisien, terukur dan punya fleksibilitas. Di banyak perusahaan di Indonesia, pemanfaatan TI juga sudah menjadi kebutuhan mutlak.
Hampir di seluruh bidang industri, peran teknologi sudah demikian penting mulai dari industri yang padat modal, hingga sektor industri yang padat karya. Dari sekian banyak sector industri, perbankanlah yang tercatat paling gencar untuk investasi dalam e-business. Hal ini wajar dilakukan, karena produk yang mereka jual adalah jasa yang berupa angka-angka. Akurasi, kecepatan mutu layanan, serta keamanan, menjadi sisi paling penting yang harus secara cermat dikelola (wartaekonomi.com, Selasa 13 Juli 2004). PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) contohnya. Bank beraset Rp 122,61 triliun ini rajin berbenah diri. Untuk anggaran investasi teknologinya BCA menyediakan dana US$40 juta per tahun. Integrasi sistem sudah dibangun sejak tahun 1986. Pada tahap itu, inti banking sistem juga dirombak dan diperbarui.
Dampaknya sungguh luar biasa dan membanggakan. Data seluruh departemen terintegrasi. Sistem seluruh cabang terajut secara online dan real time. Dua tahun lalu, BCA mengucurkan investasi untuk pengembangan sistem SDM. Sistem ini secara terpadu mampu menangani segala urusan pengelolaan karyawan secara nasional, baik menyangkut urusan jenjang karier, distribusi gaji hingga urusan pengembangan SDM.
Dalam perkembangannya, tidak hanya private sector (sektor swasta) saja yang menerapkan TI dalam menunjang operasional usahanya. Sektor publikpun sudah mulai menerapkannya. Tujuannya, jelas, untuk meningkatkan pelayanan kepada publik secara lebih baik, transparan, responsif, fair, efektif dan efisien serta memenuhi aspek handal, aman, otentik, akurat dan cepat dalam mengelola data dan informasi pemerintah / publik. Praktik ini lebih sering disebut dengan istilah e-government. Meski penerapan e-government di Indonesia baru pada tahap awal, tidak ada salahnya bila audit dilakukan.
1
Terobosan ini bisa memuluskan penerapan e-government. Belakangan ini audit sistem informasi (SI) menjadi topik yang hangat dibicarakan di kalangan komunitas TI. Tiada asap tanpa api. Rupanya mencuatnya topik ini menyusul tidak beresnya kinerja sistem TI Komisi Pemilihan Umum (KPU). Sejak pesta demokrasi digelar 5 April lalu, kembali KPU menjadi sorotan. Banyak kalangan, khususnya komunitas TI, sudah jenuh dengan kinerja TI KPU yang menelan dana Rp 200 milyar. Investasi sebesar itu ternyata tidak menjamin proses penghitungan suara berjalan cepat. Malah yang terjadi, proses itu bergerak lambat sekali. Kejengkelan masyarakat TI kian memuncak manakala situs KPU berhasil dibobol hacker muda asal Yogyakarta
(wartaekonomi.com, Selasa 13 Juli 2004).


1.2. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
bagaimana kinerja Sistem Informasi Akuntansi Penjualan PT. Coca-Cola Bottling
Indonesia Unit Jawa Tengah dinilai dari kerangka kerja COBIT ?




















                                    2
BAB II
LANDASAN TEORI


2.1. Sistem Informasi Akuntansi
2.1.1. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu entity atau kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan (sub sistem) yang bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu (Zaki Baridwan, 1996:2). Menurut Barry E. Cushing :
“Suatu sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari 2 atau lebih komponen atau sub-sistem yang berinteraksi untuk mencapai tujuan.”(Jogiyanto, 1998:3)
Menurut George H. Bodnar :
“Suatu sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang menimbulkan hubungan satu dengan yang lainnya.”(Jogiyanto, 1998:3)
Menurut Stephen A. Moscove dan Mark G. Simkin :
“Suatu sistem adalah suatu kesatuan yang terjadi dari interaksi sub sistem yang berusaha untuk mencapai tujuan (goal) yang sama.”(Jogiyanto, 1998:1)

2.1.2. Pengertian Informasi
Informasi merupakan keluaran (output) dari suatu proses pengolahan data. Output ini biasanya sudah tersusun dengan baik dan mempunyai arti bagi yang menerimanya, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan (Zaki Baridwan, 1991:4).
Menurut Joseph W. Wilkinson, halaman 3 :
“Informasi terdiri dari data yang telah ditransformasi dan dibuat lebih bernilai melalui pemrosesan. Idealnya, informasi adalah pengetahuan yang berarti dan berguna untuk mencapai sasaran.”

2.1.3. Pengertian Akuntansi
Pada dasarnya, akuntansi adalah sistem informasi. Tepatnya, akuntansi adalah penerapan dari teori umum informasi untuk masalah-masalah operasi ekonomi yang efisien. Akuntansi juga merupakan bagian besar dari informasi umum yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif. Dalam konteks ini akuntansi merupakan bagian dari sistem informasi umum suatu kesatuan operasional dan juga merupakan bagian dari bidang besar di bawah nama konsep informasi (Wilkinson, 1993:15).

2.1.4. Pengertian Sistem Akuntansi
Sistem Akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan (Mulyadi, 1993:3).

2.1.5. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Sistem Informasi Akuntansi adalah susunan berbagai formulir, catatan, peralatan, termasuk komputer dan perlengkapannya serta alat komunikasi, tenaga pelaksananya dan laporan yang terkooordinasikan secara erat yang didesain untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan manajemen (Nugroho, 2001:4). Sistem Akuntansi maupun sistem informasi akuntansi mempunyai pengertian yang serupa yaitu serangkaian kegiatan administrasif untuk menangani transaksi perusahaan agar seragam, dilengkapi dengan berbagai prosedur, dokumen dan jurnal yang hasilnya adalah berupa laporan keuangan baik untuk keperluan internal maupun untuk keperluan eksternal (Winarno, 1994:9). Sistem akuntansi memanfaatkan sumber daya yang ada di dalam perusahaan. Sumber daya karyawan, mesin otomatis, computer dan sumber daya lainnya.


3
Sistem akuntansi dapat dilaksanakan secara manual (dengan memanfaatkan tenaga karyawan dan bantuan mesin otomatis, misalnya mesin fotocopi, kalkulator, mesin tik) atau dengan komputerisasi (dengan memanfaatkan komputer). Seperti halnya sistem informasi yang lain, sistem informasi akuntansi juga mempunyai komponen-komponen yang membentuknya. Adapun komponen komponen tersebut adalah :
a. Pihak-pihak yang terlibat
Sistem informasi memerlukan data untuk dipakai sebagai bahan mentah dan menghasilkan informasi sebagai bahan jadi. Pihak yang terlibat dalam suatu sistem informasi adalah operator, manajer, analis sistem, librarian, programmer, group pengendalian dan administrator dan data base administrator.
b. Komputer dan mesin otomatis
Komputer merupakan perangkat keras yang digunakan untuk menginput data dan memproses data sehingga menjadi informasi. Meskipun komputer sudah dapat digunakan untuk mengolah dan memproses banyak pekerjaan, tapi masih diperlukan mesin otomatis yang lain. Mesin-mesin yang sering diperlukan adalah mesin fotocopi, mesin pencatat presensi karyawan, pesawat facsimile (fax), pesawat telepon dan sebagainya. Mesin-mesin ini  udah banyak dihubungkan ke komputer sehingga akan menambah daya guna komputer.
c. Program komputer
Program komputer merupakan software (perangkat lunak) yang diperlukan untuk menggunakan komputer. Tanpa program komputer, komputer tidak akan berfungsi. Berdasarkan kegunaannya, program komputer dapat digolongkan menjadi 3 jenis :
(1) Sistem operasi
Berisi perintah-perintah dasar untuk menjalankan computer dan mengolah file. Misalnya : Sistem Operator Windows, DOS, dan sebagainya.
(2) Bahasa Komputer (bahasa program)
Digunakan untuk membuat program aplikasi. Contohnya : Delphi, Visual Basic, Pascal, Clipper, dan sebagainya.
(3) Program Aplikasi
Yaitu program yang siap digunakan untuk mengolah data menjadi informasi. Contoh : Microsoft Office, DEA, SPSS, dan sebagainya.
d. Data Base
Data base merupakan kumpulan berbagai data yang diperlukan untuk menghasilkan informasi. Data yang sejenis akan disimpan di satu file tersendiri, misalnya data supplier, data barang , dan data transaksi, masing-masing tersimpan dalam filefile tersendiri sehingga akan membentuk tiga file. Semua file yang tersimpan dalam sistem data base akan saling berhubungan, sehingga dapat menghasilkan informasi yang diperlukan. Data base merupakan inti setiap sistem informasi, karena tanpa data base maka tidak dapat dihasilkan laporan ataupun informasi.
e. Dokumentasi
Sistem Informasi yang baik seringkali ditandai dengan dokumentasi yang baik pula. Dokumentasi yang sudah distandarisasi akan memudahkan pihak yang ingin mempelajari sistem informasi yang saat ini ada. Pihak ini dapat terdiri dari karyawan yang sudah lama bergabung dengan organisasi, karyawan baru maupun pihak luar seperti akuntan pemeriksa atau konsultan informasi. Dokumentasi yang harus ada dalam system komputerisasi adalah :
(1) Dokumentasi sistem
Yaitu dokumentasi yang menjelaskan semua hal yang berhubungan langsung dengan sistem pemrosesan data. Dokumentasi ini meliputi bagan alir sistem, uraian tentang masukan dan keluaran dan uraian tentang file-file yang diperlukan beserta kegunaannya. Berbagai kemungkinan salah, pesan-pesan kesalahan dan bagaimana kesalahannya harus didokumentasikan dengan jelas. Dokumentasi ini diperlukan oleh pemakai akhir sistem, perancang sistem dan akuntan pemeriksa.



4
(2) Dokumentasi Program
Yaitu dokumentasi yang menguraikan kegunaan program, petunjuk cara mengubah program, dan berbagai dokumentasi lain yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan dan pembuatan program komputer. Dokumentasi ini meliputi bagan alir program, daftar lengkap program, susunan record, data yang diperlukan dan hasil olahan. Dokumentasi ini diperlukan dan sangat penting artinya bagi programmer dan data base administrator. Operator tidak boleh membaca
dokumentasi ini.
(3) Dokumentasi Operasi
Yaitu dokumentasi yang berisi petunjuk cara menjalankan program dan menghentikan program, data apa yang diperlukan dan informasi apa yang akan dihasilkan. Dokumentasi ini diperlukan oleh manajer, operator computer maupun karyawan yang langsung menggunakan komputer.
f. Laporan
Suatu sistem informasi menghasilkan berbagai macam output dan yang paling penting adalah laporan manajerial. Sebagai media informasi yang terstruktur, laporan ini memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang sehat. Ada berbagai jenis laporan antara lain laporan operasional, laporan perencanaan, laporan pengawasan, laporan pertanggungjawaban,dan laporan kepatuhan sistem informasi.Sebagai sebuah sistem yang cukup besar, sistem informasi akuntansi mempunyai beberapa sub sistem, diantaranya adalah (Winarno, 1994:7) :
(1) Sistem Pembelian ;
(2) Sistem Penjualan Kredit ;
(3) Sistem Piutang Dagang ;
(4) Sistem Utang Dagang ;
(5) Sistem Persediaan ;
(6) Sistem Penggajian ;
(7) Sistem Buku Besar ;
(8) Sistem Akuntansi Biaya ;
(9) Sistem Penganggaran ;
(10) Akuntansi Pertanggungjawaban.

2.1.6. Bagan Alir (Flowchart)
Bagan alir atau flowchart adalah diagram skematik dengan menggunakan simbol-simbol standard, menghubungkan garis alir, disertai anotasi, yang menggambarkan tahapan-tahapan yang dilalui dalam pengolahan informasi melalui sistem akuntansi (Haryono, 2001:282). Flowchart dapat digunakan untuk menyajikan kegiatan manual, kegiatan pemrosesan komputer atau keduanya. Bagan alir (flowchart) dibedakan atau dibagi menjadi 3 macam yaitu :
a. Flowchart Dokumen
Merupakan flowchart yang digunakan untuk menggambarkan elemen-elemen dari sebuah sistem manual, termasuk catatancatatan akuntansi (dokumen, jurnal, dan buku besar). Departemen
organisasional terlibat dalam proses dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam departemen tersebut.
b. Flowchart Sistem
Merupakan flowchart yang digunakan untuk menunjukkan sebuah sistem yang terdiri atas proses manual atau komputer, serta untuk menggambarkan aspek-aspek komputer dalam sebuah sistem.
Mereka menggambarkan relasi antara input (sumber), file-file transaksi, program komputer, file-file induk dan laporan output yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Flowchart sistem yang menjelaskan jenis media yang digunakan oleh sistem tersebut, seperti pita magnetis, disk magnetis, dan terminal.
Dalam sistem informasi akuntansi data input adalah transaksi, sedangkan outputnya adalah master file updated yaitu master file yang telah diperbaharui dengan file-file yang baru sehingga menghasilkan laporan-laporan ataupun laporan keuangan yang mutakhir.



5
c. Flowchart Program
Merupakan flowchart yang menjelaskan rangkaian tahapan logika dari suatu program aplikasi pada sebuah flowchart sistem. Para akuntan kadang-kadang menggunakan flowchart program untuk memverifikasi kebenaran logika program. Mereka membandingkan flowchart dengan kode program actual untuk menentukan apakah program tersebut pada kenyataannya melakukan apa yang dijelaskan oleh dokumentasi. Flowchart program memberikan rincian yang esensial untuk melakukan audit teknologi informasi.

2.2. Konsep Dasar Sistem Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai
Penerimaan kas perusahaan berasal dari dua sumber utama yaitu dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang. Penjualan tunai dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga barang lebih dahulu sebelum barang diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli. Setelah uang diterima oleh perusahaan, barang kemudian diserahkan kepada pembeli dan transaksi penjualan tunai kemudian dicatat oleh perusahaan (Mulyadi, 1993:455).
2.2.1. Fungsi-fungsi Yang Terkait
Fungsi-fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari penjualan tunai adalah :
a. Fungsi Penjualan
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggungjawab untuk menerima order dari pembeli, mengisi faktur penjualan tunai, dan menyerahkan faktur tersebut kepada pembeli untuk kepentingan pembayaran harga barang ke fungsi kas.
b. Fungsi Kas
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggungjawab sebagai penerima kas dari pembeli.
c. Fungsi Gudang
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggungjawab untuk menyiapkan barang yang dipesan oleh pembeli, serta menyerahkan barang tersebut ke fungsi
pengiriman.
d. Fungsi Pengiriman
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggungjawab untuk membungkus barang dan menyerahkan barang yang telah dibayar harganya kepada pembeli.
e. Fungsi Akuntansi
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggungjawab sebagai pencatat transaksi penjualan dan penerimaan kas dan pembuat laporan penjualan
.
2.2.2. Informasi yang Dibutuhkan oleh Manajemen
Informasi yang umumnya diperlukan oleh manajemen dari penerimaan kas dari penjualan tunai adalah :
a. Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk atau kelompok produk selama jangka waktu tertentu ;
b. Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai ;
c. Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu tertentu ;
d. Nama dan alamat pembeli. Informasi ini diperlukan dalam penjualan produk tertentu, namun pada umumnya informasi nama dan alamat pembeli ini tidak diperlukan oleh manajemen dari kegiatan penjualan tunai ;
e. Kuantitas produk yang dijual ;
f. Nama wiraniaga yang melakukan penjualan ;
g. Otorisasi pejabat yang berwenang.





6
2.2.3. Dokumen Yang Digunakan
Dokumen yang digunakan dalam system penerimaan kas daripenjualan tunai adalah :
a. Faktur Penjualan tunai
Dokumen ini digunakan untuk merekam berbagai informasi yang diperlukan oleh manajemen mengenai transaksi penjualan tunai. Dalam dokumen ini, berisi data-data mengenai nama dan
alamat pembeli, tanggal transaksi, kode dan nama barang, kuantitas, harga satuan, jumlah harga, nama dan kode wiraniaga, otorisasi terjadinya berbagai tahap transaksi. Faktur penjualan tunai diisi oleh fungsi penjualan yang berfungsi sebagai penghantar pembayaran oleh pembeli kepada fungsi kas dan sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi penjualan ke dalam jurnal penjualan. Tembusan faktur ini dikirimkan oleh fungsi penjualan ke fungsi pengiriman sebagai perintah penyerahan barang kepada pembeli yang telah melaksanakan pembayaran harga barang ke fungsi kas. Tembusan faktur ini juga berfungsi sebagai slip pembungkus (packing slip) yang ditempelkan oleh fungsi pengiriman di atas pembungkus, sebagai alat identifikasi bungkusan barang.
b. Pita Register Kas (Cash Register Tape)
Dokumen ini dihasilkan oleh fungsi kas dengan cara mengoperasikan masin register kas (cash register). Pita register kas ini merupakan bukti penerimaan kas yang dikeluarkan oleh fungsi kas dan merupakan dokumen pendukung faktur penjualan tunai yang dicatat dalam jurnal penjualan.
c. Bill Of Lading
Dokumen ini merupakan bukti penyerahan barang dari perusahaan penjualan barang (produsen) kepada perusahaan angkutan umum. Dokumen ini digunakan oleh perusahaan angkutan umum.
d. Bukti Setor Bank
Dokumen ini dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas ke bank. Bukti setor dibuat 3 lembar dan diserahkan oleh fungsi kas ke bank, bersamaan dengan penyetoran kas dari hasil penjualan tunai ke bank. Dua lembar tembusannya diminta kembali dari bank setelah ditandatangani dan dicap oleh bank sebagai bukti penyetoran kas ke bank. Bukti setor bank diserahkan oleh fungsi kas kepada fungsi akuntansi, dan dipakai oleh fungsi akuntansi sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai ke dalam jurnal
penerimaan kas.
e. Rekap Harga Pokok Penjualan
Dokumen ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk meringkas harga pokok produk yang dijual selama satu periode (misalnya satu bulan). Dokumen ini digunakan oleh fungsi akuntansi
sebagai dokumen pendukung bagi pembuatan bukti memorial untuk mencatat harga pokok produk yang dijual.

2.2.4. Jaringan Prosedur Yang Membentuk Sistem
Jaringan prosedur yang membentuk sistem penerimaan kas dari penjualan tunai sebagai berikut :
a. Prosedur order penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan membuat faktur penjualan tunai untuk memungkinkan pembeli melakukan pembayaran harga barang ke fungsi kas dan untuk memungkinkan fungsi gudang dan fungsi pengiriman menyiapkan barang yang akan diserahkan
kepada pembeli.
b. Prosedur Persetujuan Kredit
Dalam prosedur ini, fungsi kas menerima pembayaran harga barang dari pembeli dan memberikan tanda pembayaran (berupa pita register kas dan cap “lunas” pada faktur penjualan tunai) kepada pembeli untuk memungkinkan pembeli tersebut melakukan pengambilan barang yang dibelinya dari fungsi pengiriman.

c. Prosedur Penyerahan Barang
Dalam prosedur ini, fungsi pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli.


7
d. Prosedur Pencatatan Penjualan Tunai
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi melakukan pencatatan transaksi penjualan tunai dalam jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas. Di samping itu fungsi akuntansi juga mencatat berkurangnya persediaan barang yang dijual dalam kartu persediaan.

e. Prosedur Penyetoran Kas ke Bank
Sistem pengendalian intern terhadap kas mengharuskan penyetoran dengan segera ke bank semua kas yang diterima pada suatu hari. Dalam prosedur ini fungsi kas menyetorkan kas yang diterima dari penjualan tunai ke bank dalam jumlah penuh.
f. Prosedur Pencatatan Penerimaan Kas
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat penerimaan kas ke dalam jurnal penerimaan kas berdasar bukti setor bank yang diterima dari bank melalui fungsi kas.
g. Prosedur Pencatatan Harga Pokok Penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi membuat rekapitulasi harga pokok penjualan berdasarkan data yang dicatat dala  kartu persediaan. Berdasarkan rekapitulasi harga pokok penjualan ini, fungsi akuntansi membuat bukti memorial sebagai dokumen untuk pencatatan harga pokok penjualan ke
dalam jurnal umum.

2.2.5. Catatan Akuntansi yang Digunakan
Catatan akuntansi yang digunakan dalam system penerimaan kas dari penjualan tunai adalah :
a. Jurnal Penjualan
Jurnal penjualan digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat dan meringkas data penjualan. Jika perusahaan menjual berbagai macam produk dan manajemen memerlukan informasi penjualan setiap jenis produk yang dijualnya selama jangka waktu tertentu, dalam jurnal penjualan disediakan satu
kolom untuk setiap jenis produk guna meringkas informasi penjualan menurut jenis produk tertentu
b. Jurnal Penerimaan Kas
Jurnal penerimaan kas digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat penerimaan kas dari berbagai sumber, di antaranya dari penjualan tunai.
c. Jurnal Umum
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, jurnal ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat harga pokok produk yang dijual.
d. Kartu Persediaan
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, kartu persediaan digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat berkurangnya harga pokok produk yang dijual. Kartu persediaan ini diselenggarakan di fungsi akuntansi untuk mengawasi mutasi dan persediaan barang yang disimpan di gudang.
e. Kartu Gudang
Catatan ini tidak termasuk catatan akuntansi karena hanya berisi data kuantitas persediaan yang disimpan di gudang. Catatan ini diselenggarakan oleh fungsi gudang untuk mencatat mutasi dan persediaan barang yang disimpan dalam gudang. Dalam transaksi penjualan tunai, kartu gudang
digunakan untuk mencatat berkurangnya kuantitas produk yang dijual.

2.3. Unsur Pengendalian Intern
Unsur pengendalian intern yang seharusnya ada dalam system penerimaan kas dari penjualan tunai adalah :
2.3.1. Organisasi
1. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas ;
2. Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi ;
3. Transaksi penjualan tunai harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kas, fungsi pengiriman, dan fungsi akuntansi.
8
2.3.2. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
1. Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir faktur penjualan tunai ;
2. Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi kas dengan cara membubuhkan cap “tunai” pada faktur penjualan tunai dan penemp elan pita register kas pada faktur tersebut ;
3. Penjualan dengan kartu kredit bank didahului dengan permintaan otorisasi dari bank penerbit kartu kredit ;
4. Penyerahan barang diotorisasi oleh fungsi pengiriman dengan cara membubuhkan cap “sudah diserahkan” pada faktur penjualan tunai ;
5. Pencatatan ke dalam buku jurnal diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan cara memberikan tanda pada faktur penjualan tunai.

2.3.3. Praktik yang Sehat
1. Faktur penjualan tunai bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan ;
2. Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor seluruhnya ke bank pada hari yang sama dengan transaksi penjualan tunai atau hari kerja berikutnya.
3. Penghitungan saldo kas yang ada di tangan fungsi kas secara periodik dan secara mendadak oleh fingsi pemeriksa intern.

2.4. PENGERTIAN AUDITING SISTEM INFORMASI
Auditing Sistem Informasi adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti untuk menentukan pengamanan aset-aset system komputer, memelihara integritas data, menyesuaikan tujuan-tujuan organisasi agar dicapai secara efektif, dan menggunakan sumber-sumber daya secara efisien. Jadi, auditing sistem informasi mendukung tujuantujuan audit tradisional : membuktikan dan mengukuhkan tujuan-tujuan maupun sasaran-sasaran (untuk external auditor) yang fokus pada
pengamanan aset-aset dan integritas data, dan tujuan-tujuan manajemen

2.4.1. TIPE-TIPE METODE PROSES AUDIT SISTEM INFORMASI
Ketika para auditor tiba / sampai pada tahap / fase uji pengendalian dari audit sistem informasi, satu dari keputusan utama yang harus diputuskan mereka adalah apakah uji pengendalian itu di sekeliling komputer (around the computer) ataukah menggunakan komputer (through the computer). Istilah “auditing around or through the computer “ ini merupakan peninggalan dari masa lalu. Istilah ini muncul / mencuat selama beberapa waktu lalu ketika para auditor mendebatkan seberapa banyak pengetahuan teknis yang dibutuhkan guna mengaudit sistem-sistem komputer. Beberapa berpendapat bahwa sedikit pengetahuan saja yang dibutuhkan oleh para auditor karena para auditor dapat mengevaluasi sistem komputer dengan lebih mudah melalui pengecekan input dan output mereka. Pendapat lainnya, audit tidak bisa diatur secara tepat kecuali kinerja internal dari sistem-sistem
komputer telah diuji dan dievaluasi. Sayangnya, pendapat dari kelompok-kelompok yang terdahulu seringkali tidak dibarengi dengan pengetahuan mereka secara teknis mengenai komputer. Saat ini, kita menyadari / mengakui bahwa 2 pendekatan masing-masing memiliki manfaat dan batasan-batasannya sendiri-sendiri dan bahwa masingmasing harus mempertimbangkan secara hati-hati dalam hubungannya terhadap rencana dan pelaksanaan audit yang paling efektif dan sesuai
dengan analisis biaya-manfaat (cost-benefit).






9
2.4.1.1. Auditing Around The Computer
Auditing around the computer meliputi pencapaian pada opini audit melalui pengujian dan evaluasi pengendalian-pengendalian manajemen dan kemudian input dan output (masukan & keluaran ) hanya untuk sistem-sistem aplikasi. Berdasarkan pada kualitas pada sistem aplikasi input dan output, para auditor mengambil kesimpulan keputusan kualitas proses sistem-sistem aplikasi. Proses sistem aplikasi tidak diuji secara pasti. Malahan, para auditor memandang komputer hanya sebagai kotak hitam (black box). Para auditor seharusnya menguji sekeliling komputer ketika hal itu dirasa sebagai cara yang paling efektif sesuai dengan analisis biaya-manfaat untuk menyelesaikan audit. Lingkungan ini sering mencuat / timbul ketika sistem aplikasi memiliki 3 karakteristik. Pertama, sistem mudah dan berorientasi pada jumlah. Terkadang, jumlah sistem-sistem komputer menunjukkan secara jelas sistem-sistem manualnya. Mereka memiliki perangkat-perangkat sebagai berikut :

1) Sifat risikonya rendah. Hal itu tidak mungkin menjadi penyebab / subjek terjadinya error program atau ketidakteraturan atau dihubungkan dengan ketidakefektifan dan tidak efisiensinya yang dirasa kurang significan di dalam kinerja / operasi.
2) Logikanya ditunjukkan secara jelas. Tidak ada rutinitas / kegiatan khusus yang dikembangkan untuk mengijinkan komputer untuk memproses data.
3) Transaksi-transaksi masukan / input dikumpulkan, pengendalian adalah pemeliharaan menggunakan metode-metode tradisionalsebagai contoh, pemisahan dari tugas-tugas dan manajemen
pengawasan.
4) Proses awal terdiri dari penyortiran data masukan dan pembaruan master file atau file-file utama secara berurutan.
5) Pembersihan jejak-jejak audit yang ada. Laporan rinci disiapkan pada poin-poin kunci di dalam sistem.
6) Lingkungan pekerjaan dan tugas secara relatif konstan dan sistem jarang sekali dimodifikasi.
Kedua, sering hal pengefektivan biaya untuk audit around the computer ketika sistem aplikasi menggunakan paket yang digeneralisasi seperti platform software. Jika paket tersebut disediakan
oleh vendor yang reputasinya baik, diterima dan tersebar luas, dan memperlihatkan bebas error, para auditor mungkin memutuskan untuk tidak menguji aspek pemrosesan dari sistem secara langsung. Malahan sebaliknya, mereka mungkin mencari untuk meyakinkan :
1) Organisasi belum pernah memodifikasi paket dengan cara apapun ;
2) Ada pengendalian yang cukup terhadap kode sumber daya, kode sasaran dan dokumentasi untuk mencegah modifikasi paket program dari pihak-pihak yang tidak berwenang.
3) Pengendalian tingkat tinggi telah ada terhadap input sampai dengan output dari paket program.(Weber, CHAPTER 2, Conducting an Information System Audit, 55).
Sebagai tambahan, bagaimanapun, bahwa tidak semua paket software yang umum / general membuat sistem aplikasi setuju / menerima proses audit around the computer. Beberapa paket menyediakan seperangkat fungsi-fungsi umum yang masih harus diseleksi dan dikombinasikan untuk menyelesaikan tujuan-tujuan sistem aplkasi. Sebagai contoh, software sistem manajemen basis data
bisa saja atau ada kemungkinan menyediakan fungsi-fungsi umum yang diperbarui, tapi program tingkat tinggi tetap harus dicatat untuk menggabungkan / mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut dengan cara-cara yang diinginkan. Dalam situasi ini, para aditor kekurangan kemampuan untuk menduga / berkesimpulan tentang kualitas pemrosesan dari pengujian simpel atau yang sederhana input dan output sistem.
Ketiga, para auditor mungkin melakukan auditing around the computer ketika tanggungjawab penuh berada pada user daripada pengendalian komputer untuk menjaga aset-aset, memelihara integritas data, dan mencapai tujuan-tujuan / sasaran-sasaran efektifitas dan efisiensi.


10
Dalam pengujian, perhatian utama / fokusnya adalah pada kehandalan pengendalian user daripada kehandalan pengendalian komputer.
Biasanya auditing di seputar komputer adalah pendekatan simpel untuk pengaturan audit, dan hal tersebut bisa dikerjakan oleh para auditor yang memiliki beberapa kemampuan teknis tentang komputer. Audit dianjurkan agar diatur atau dikelola, bagaimanapun, oleh seorang yang memiliki keahlian dalam mengaudit sistem informasi.
Pendekatan di sini memiliki 2 batasan utama, pertama, jenis
sistem komputer yang mana dapat dipakai sangatlah terbatas. Ini tidak dapat digunakan ketika sistem sangat beragam / kompleks. Di sisi lain, para auditor mungkin gagal untuk memahami beberapa aspek dari sistem yang mempunyai dampak signifikan pada pendekatan audit.
Kedua, pendekatan tersebut tidak memberikan / menyediakan informasi tentang kemampuan sistem untuk menanggulangi / menguasai perubahan. Sistem-sistem yang bisa didesain dan programprogram bisa ditulis dalam cara-cara tertentu guna menghadang / memperlambat adanya degradasi / penurunan kemampuan ketika user / pemakai menghendaki perubahan. Bagi para internal auditor,
keunggulan maupun kekuatan sistem bisa menjadi perhatian penting dalam pandangan mereka terhadap tujuan-tujuan efektivitas dan efisiensi.

2.4.1.2. Auditing Through The Computer (Auditing Menggunakan komputer)

Untuk bagian yang amat penting, para auditor kini terlibat dalam auditing melalui komputer. Mereka menggunakan komputer untuk menguji :
1) Logika pemrosesan dan ketersediaan pengendalian / kontrol dalam sistem,
2) Laporan-laporan yang diproduksi / dibuat oleh sistem.
Bergantung pada kompleksitas / banyaknya sistem aplikasi, tugas dari proses audit melalui / menggunakan komputer justru agak lebih simpel, atau diperlukan pencarian yang lebih luas lagi untuk tenaga teknis yang lebih kompeten untuk menjadi bagian dengan para auditor. Proses auditing menggunakan komputer harus digunakan dalam kasus-kasus berikut ini :
1) Risiko-risiko yang melekat dikumpulkan dengan sistem aplikasi yang tinggi,
2) Proses-proses masukan / input dalam jumlah besar dan produksi / output dalam jumlah besar yang diperluas, pengujian langsung atas validitas dari input dan output yang sulit untuk ditangani,
3) Bagian penting / signifikan dari sistem pengendalian internal diwujudkan dalam sistem komputer. Sebagai contoh, di dalam sebuah sistem perbankan yang on-line, program komputer mungkin
mengumpulkan / menjumlahkan transaksi dari para teller / bagian kasir guna memberikan dan menyediakan hasil-hasil pengendalian untuk rekonsiliasi pada akhir proses harian,
4) Logika pemrosesan disimpan dalam sistem aplikasi yang rumit, kompleks dan banyak. Sehingga bagian-bagian penting dari sistem kode diharapkan mampu memfasilitasi pemakaian dari sistem atau
pemrosesan yang efisien,
5) Karena pertimbangan biaya-manfaat, celah-celah substansial yang terlihat dalam jejak-jejak audit adalah hal yang biasa dalam suatu sistem.
Manfaat pertama dari auditing through the computer adalah bahwa para auditor telah meningkatkan kemampuan untuk menguji sebuah sistem aplikasi secara efektif. Mereka dapat mempeluas jarak
dan kemampuan dari pengujian-pengujian yang mereka kerjakan dan oleh karena itu meningkatlah keyakinan mereka mengenai kehandalan bukti-bukti yang dikumpulkan dan dievaluasi. Lebih lanjut, melalui pengujian secara langsung dari logika pemrosesan ditekankan / ditanamkan dalam sebuah sistem aplikasi, para auditor telah dengan lebih baik mampu menaksir / mengukur kemampuan sistem-sistem dalam rangka mengatasi perubahan dan kemungkinan kehilangan ataupun peningkatan laporan pernyataan yang salah di masa depan.


11
Pendekatannya memiliki 2 kelemahan, yaitu, pertama, hal ini sering kali memakan biaya banyak, terutama dengan yang berhubungan jam tenaga kerja yang harus ditambah guna memahami pekerjaan-pekerjaan internal yang ada dalam sebuah sistem aplikasi.
Kedua, dalam beberapa kasus, kita akan membutuhkan penambahan keahlian teknis jika kta ingin mengerti betul tentang bagaimana sistemsistem bekerja. Kelemahan-kelemahan ini sesengguhnya tidaklah seluruhnya benar, bagaimanapun, auditing through the computer adalah satu-satunya jalan / metode yang akan terus hidup atau berjalan dalam rangka pelaksanaan audit. Biasanya, para auditor tidak dapat menguji semua data prosesing yang dilakukan / dijalankan oleh sebuah organisasi ketika hal itu mencapai opini atau pakah semua aset telah terjaga / terlindung, integritas data telah terpelihara dan sistem-sistem telah berjalan secara efektif dan efisien.
Malahan sebaliknya, mereka harus bergantung pada sample data untuk memutusakan apakah tujuan-tujuan / sasaransasaran tersebut diatas telah tercapai. Tugas pertama selama dilakukannya proses audit adalah menguji / mengevaluasi apakah pengendalian operasional berjalan di luar prosedur. Karena kontrol adalah sebuah sistem, ini hanya akan dijalankan jika semua komponenkomponen tersebut di atas ada bekerja dengan secara efektif. Memimpin / mengatur sebuah audit sistem informasi adalah sebuah pengujian dengan kompleksitas. Untuk mengatasi / menanggulangi kompleksitas ini, para auditor membagi sistem untuk diuji ke dalam
beberapa sub-subsistem, menguji kehandalan dari kontrol-kontrol /
pengendalian-pegendalian terhadap keseluruhan kegiatan / peristiwa di
dalam sub-subsistem
































12
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN



Setelah melalui tahap penelitian umum yang diperoleh melalui wawancara dengan Kepala Divisi Sales & Marketing (S&M), dan IS Manager PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Headquarter Jateng, maka dalam bab ini akan disajikan olahan data beserta bahasan analisisnya untuk menjawab persoalan-persoalan yang telah dirumskan dalam BAB I.
4.1. Profil Perusahaan
4.1.1. Penjualan Dan Pemasaran
Coca-Cola memiliki program untuk mendukung penjualan dan pemasaran produk-produk Coca-Cola sendiri. Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas konsumen, yaitu :
4.1.1.1. Program Promosi
Coca-Cola mempunyai program prmosi yang beragam, yang tidak hanya untuk meningkatkan penjualan dan pemasaran, tetapi juga meningkatkan loyalitas konsumen terhadap produk Coca-Cola.
4.1.1.2. Layanan Konsumen
Di Coca-Cola, Customer Service System (CSS), system pelayanan pelanggan Coca-Cola, didesain untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas konsumen secara terus-menerus terhadap produk-produk Coca-Cola dengan menyediakan pelayanan yang optimal kepada seluruh pelanggan berdasarkan kebutuhan mereka masing-masing.
4.1.1.3. Area Marketing Contractor
Terbatasnya sumber daya dan kemampuan untuk melakukan pengembangan daerah tertentu, sekaligus komitmen untuk menciptakan peluang kerja yang luas di sektor informal, mendorong
Coca-Cola untuk secara serius dan berkesinambungan mengembangkan jaringan Distribusi Tak Langsung (Indirect Distribution) berbasis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia. Sistem distribusi ini mengandalkan dua kelompok besar :
Area Marketing Contractor (AMC) dan Street Vending.
4.1.1.4. Layanan Pendingin Produk
Riset membuktikan bahwa 90% konsumen Coca-Cola lebih menyukai membeli produk-produk Coca-Cola dalam keadaan dingin. Hal ini menunjukkan bahwa peranan Cold Drink Equipment
(peralatan pendingin) sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan penjualan dan mendorong tingkat keuntungan para pelanggan Coca-Cola.
4.1.1.5. Ho Re Ca
Dengan bekerjasama dengan berbagai Hotel, Restaurant, dan Cafe ternama, Coca-Cola memberikan beragam penawaran menarik melalui program Ho Re Ca ini.
4.1.2. Produksi dan Distribusi
Semua produk yang dijual dan didistribusikan oleh Coca-Cola Bottling Indonesia diproduksi di Indonesia. Saat ini terdapat 10 pabrik pembotolan yang tersebar di seluruh Indonesia. Selama ini pabrik-pabrik Coca-Cola di Indonesia telah menerima berbagai penghargaan dari The Coca-Cola Company atas pencapaian standar yang melampaui standar yang ditetapkan untuk pabrik-pabrik sejenis di berbagai lokasi lain di dunia. Semua pabrik diwajibkan mematuhi dan bahkan kerap kali melampaui berbagai ketentuan internasional dan peraturan perundangundangan yang berlaku, dan secara teratur melaksanakan audit di bidang pengawasan mutu, lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja. Minuman Coca-Cola sebelum sampai ke tangan konsumen berawal dari
bahan baku pilihan berkualitas tinggi yang diproses melalui beberapa tahapan, yaitu : persiapan bahan, pencampuran, pencucian, pengisian dan penutupan, pengkodean, pemeriksaan, pengemasan, dan pengangkutan. Tim penjualan Coca-Cola yang sangat besar tidak saja menjual produk-produk Coca-Cola kepada para pelanggan, tetapi mereka juga memberikan saran bagaimana sebaiknya mereka menjual produk-produk Coca-Cola.

13
Supervisor penjualan Coca-Cola juga teratur mengunjungi para pelanggan dan memberikan bimbingan, serta menampung masukan yang disampaikan para pelanggan. Kebijakan penjualan dan distribusi secara menyeluruh diarahkan
oleh National Office di Cibitung, Bekasi, namun penerapan kebijakan tersebut dilaksanakan oleh para manajer operasional dan regional yang handal dan berpengalaman beserta staf mereka.
Pabrik Coca-Cola di Indonesia terbuka untuk kunjungan bagi semua lapisan masyarakat, kalangan pendidikan, instansi pemerintah/swasta, organisasi sosial, dll. Yang ingin melihat langsung proses produksi kami yang higienis dan berkualitas.

4.1.3. Sistem Informasi
Pengembangan pendekatan manajemen Sistem Informasi (Information System/IS) yang terarah pada organisasi Coca-Cola merupakan bentuk pengaruh evolusi teknologi terhadap dunia usaha dewasa ini. Peran penting sistem informasi terhadap kinerja bisnis Coca- Cola, pengembangan sumber daya manusia dan nilai tambah lainnya, terutama bagi pemegang saham, membutuhkan tim yang berdedikasi tinggi dan profesional dalam bidang manajemen sistem informasi.
Tantangan akan muncul sesuai dengan kebutuhan. Setiap tantangan harus ditangani sesuai prioritas guna menjamin kepuasaan terhadap jasa layanan pelanggan dalam skala bisnis yang luas. Perusahaan Coca-Cola sendiri menggunakan sistem terintegrasi yang menghubungkan seluruh aspek bisnis. Terlepas dari fokus dari aktifitas baik serupa supply chain, financial atau yang berhubungan langsung dengan kegiatan penjualan, manfaat dari sistem informasi akan dirasakan oleh seluruh komunitas
bisnis kami. Salah satu manfaat terpenting dari investasi Coca-Cola Bottling Indonesia pada teknologi sistem informasi selama lima tahun terakhir adalah dengan meningkatnya kemampuan karyawan di seluruh level organisasi Coca-Cola. Masa depan akan menjelang. Teknologi akan terus
berkembang dan menciptakan peluang baru untuk peningkatan produktivitas sumber daya manusia.
Kemampuan karyawan Coca-Cola untuk menggunakan informasi akan terus meningkat, kualitas infrastruktur publik akan meningkat, dan pelanggan Coca-Cola sendiri akan membangkitkan kebutuhan akan layanan baru seiring kemajuan teknologi. Seluruh hal tersebut membutuhkan dukungan dari tim yang profesional dalam organisasi Coca- Cola. Departemen IS akan melanjutkan kemitraannya dengan pimpinan dari setiap lini bisnis internal, serta ikut membantu proses evolusi guna meningkatkan kualitas investasi sistem informasi di perusahaan Coca-Cola dan pada akhirnya untuk meningkatkan layanan terhadap pelanggan.

4.1.4. STRUKTUR ORGANISASI DIVISI SISTEM INFORMASI

Penjelasan mengenai tugas, wewenang serta tanggungjawab para personel di atas adalah sebagai berikut :
1. Seorang Kepala Business Service Department (BSD) mempunyai tanggungjawab sebagai berikut :
a) Perancangan, penyebarluasan dan pengelolaan seluruh infrastruktur teknologi yang dibutuhkan untuk mendukung kebutuhan-kebutuhan bisnis pada perusahaan,
b) Mengelola dan mengatur aktivitas serta kegiatan-kegiatan operasional dari multi-platform data center mereka ;
DSE : 3 orang
( Desktop Support Engineer )
BFPC : 1 orang
( BASIS for Personal Computer )
BSM
( Business Service Manager )


14
ISO
( Information System Officer )
c) Mengatur serta mengelola keamanan, perlindungan, dan perbaikan dari informasi bisnis mereka ;
d) Mengelola persediaan atau inventory hardware dan software teknologi informasi mereka, memberikan pengarahan dan keahlian teknikal yang bisa meningkatkan dan mengoptimalkan total seluruh investasi teknologi mereka.












4.1.5. Flowchart Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Kendari - Sulawesi Tenggara


                                                                                                                                                                     15



  



16
Keterangan :
SOP : Surat Order Penjualan
FP : Faktur Penjualan
SPB : Surat Penyerahan Barang

Penjelasan mengenai flowchart (bagan alur) transaksi penjualan kredit :
Bagian penjualan menerima order dari pelanggan, lalau order tersebut dikirimkan ke bagian kredit untuk diperiksa status kreditnya, jika terjadi penolakan pemberian kredit maka order pelanggan tersebut dikirim kembali ke pelanggan, tetapi jika pemberian kredit itu diterima, maka bagian kredit

memberikan otorisasi kredit kepada order pelanggan tersebut, kemudian.
order pelanggan tersebut dikirim kembali ke bagian penjualan untuk
dibuatkan Surat Order Penjualan (SOP) rangkap 2 yaitu :
Lembar 1 : Untuk arsip bagian gudang, yang digunakan untuk pengecekan
apabila sewaktu-waktu ada pengontrolan.
Lembar 2 : Untuk arsip bagian penjualan.

Berdasarkan order yang diterima dari pelaggan, bagian penjualan juga
membuat faktur penjualan rangkap 6, yaitu :
Lembar 1 : Untuk bagian kas, yang sebelumnya dibawa dulu ke pelanggan.
Lembar 2 : Untuk bagian akuntansi.
Lembar 3 : Untuk bagian gudang, yang sebelumnya dibawa dulu ke
pelanggan.
Lembar 4 : Untuk bagian penjualan.
Lembar 5 : Untuk arsip komisaris.
Lembar 6 : Untuk arsip pelanggan, bersamaan dengan pengiriman barang.
a) Lembar 1, 2, 4, dan 5 merupakan faktur penjualan, sedangkan lembar 3 dan 6 merupakan Surat Penyerahan Barang (SPB).
b) Kemudian bagian penjualan mengirimkan faktur penjualan lembar 1, 3, dan 6 ke bagian gudang penyediaan barang,maka bagian gudang penyediaan barang, menyiapkan barang sesuai pesanan.
c) Setelah semua barang disiapkan, maka bagian gudang penyediaan barang memberikan faktur penjualan lembar 1, 3, dan 6 beserta dengan arang ke gudang pengiriman barang, serta memberitahu bagian gudang pengiriman barang untuk mengirimkan barang sesuai dengan faktur penjualan tersebut.
d) Faktur penjualan lembar 1, 3, dan 6 dibawa ke pelanggan beserta barang pesanan. Kemudian setelah diotorisasi oleh pelanggan, lembar 6 ditinggal di pelanggan untuk arsip pelanggan lembar 1 dan 3 dibawa kembali oleh salesman, untuk lembar 1 diberikan ke bagian kas dan untuk lembar 3 diberikan ke bagian akuntansi untuk dicatat ke dalam kartu persediaan.











17
BAB V
PENUTUP


5.1   Kesimpulan

Berdasarkan evaluasi yang telah penulis lakukan terhadap sistem informasi akuntansi penjualan berbasis komputer dengan menggunakan framework COBIT pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Sulawesi Tenggara – Kendari  melalui interview dengan 2 narasumber yaitu Kepala ISO (Information System Officer) serta Kepala  Divisi Sales & Marketing, maka didapat kesimpulan sebagai berikut :
 Sistem Informasi (SI) berbasis Teknologi Informasi (TI) yang diterapkan  oleh PT. Coca-Cola Bottling Indonesia terutama yang ada pada Unit Sulawesi Tenggara - Kendari, berdasarkan hasil analisa menggunakan konsep maturity modeel yang dirumuskan  dalam framework COBiT menetapkan bahwa SI berbasis TI yang diterapkan  selama ini telah berada pada skala 4 yaitu Manage. Sehingga, dengan demikian SI  berbasis TI yang diterapkan oleh perusahaan telah memberikan competitive  advantages (keunggulan bersaing) tersendiri bagi Coca-Cola Bottling Indonesia .
pada umumnya dan Unit Sulawesi Tenggara - Kendari pada khususnya terhadap pesaingnya baik yang termasuk dalam Multi National Corporation (MNC) maupun kompetitornya yang bergerak pada jenis industri yang sama yaitu produksi minuman bgersoda. Selain itu, penerapan system informasi berbasis teknologi infromasi pada Coca- Cola Bottling Indonesia khususnya Unit Sulawesi Tenggara - Kendari telah memberikan banyak  manfaat bagi kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Sehingga, investasi  yang dikeluarkan untuk teknologi informasi tidak terbuang sia-sia namun berbuah manfaat. 
5.2. Saran
Meskipun sistem informasi berbasis komputer yang diimplementasikan pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Sulawesi Tenggara - Kendari pada umumnya dan  divisi Sales & Marketing pada khususnya telah berada pada posisi yang  membanggakan yaitu pada skor 4 : Manage, namun tidak ada salahnya jika  penulis memberikan sedikit sumbang saran bagi pengembangan sistem di masa  yang akan datang :
1. Coca-Cola Bottling Indonesia sebaiknya melakukan pengawasan secara terus  menerus terhadap penerapan sistem informasi berbasis teknologi informasi  tidak hanya pada Divisi Sales & Marketing yang merupakan divisi terpenting pada perusahaan tetapi juga pada divisi-divisi lainnya yang bekerja saling  menunjang agar dapat mengantisipasi adanya kelemahan-kelemahan yang  terdapat pada sistem tersebut untuk segera diambil tindakan perbaikan.
2. Perputaran jabatan seperti yang selama ini sudah diterapkan hendaknya tetap dipertahankan dengan tujuan agar dapat mengantisipasi adanya  persekongkolan antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lainnya. 




18
DAFTAR PUSTAKA

Dasar-dasar Akuntansi, Edisi 5, Yogyakarta, Bagian
Penerbitan STIE YKPN.
A. Hall, James, 2001, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi 1, Jakarta, Salemba
Empat.
Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi
Revisi IV, Jakarta, Rineka Cipta.
Baridwan, Zaki, 196, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi II, BPFE, Yogyakarta.
Baridwan, Zaki, 1993, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Kedua, Yogyakarta.
Handoko, T. Hani, 1995, Manajemen, Edisi 2, Yogyakarta, BPFE Yogyakarta.
J. L. Boochold, 1999, Accounting Information System, Transaction Processing
and Controls, International Editions, New York, The Mc. Grow Hill
Book Companies, Inc.
Jogiyanto H. M., 1997, Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Komputer, Edisi II,
BPFE, Yogyakarta.
Jusup, AL. Haryono, 2001, Auditing (Pengauditan), Yogyakarta, Bagian
Penerbitan STIE YKPN.
Mulyadi, 1993, Sistem Akuntansi, Edisi 3, Yogyakarta, Bagian Penerbitan STIE
YKPN.
Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Jakarta, Bagian
Penerbit Salemba.
Soeratno, 1993, Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, Edisi Revisi,
Yogyakarta, UPP AMP YKPN.
Suparmoko, M, dan Josep R. Tarigan, 1996, Metode Pengumpulan Data, Edisi I,
BPFE, Yogyakarta.
Tugiman, Hiro, 1995, Pengantar Audit Sistem Informasi, Yogyakarta, Liberty.
Wilkinson, Joseph W., 1993, Sistem Akunting dan Informasi, Edisi III, Jilid 1, alih
bahasa : Ir. Agus Maulana, MSM, Binarupa Aksara, Jakarta.
COBIT Steering Committee and The IT Governance Institute, July 2000, COBIT

19
Audit Guidelines, 3 rd
Edtion, IS Audit and Control Foundation IT
Governance Institute, Illinouise, USA.
Arief, Mochamad, 2003, The Best E-Company Award, Warta Ekonomi, Jakarta.
Rozy, Faizah dan Andy Zoeltom, 2004, Audit e-Government ? Perlu Dong……,
Warta Ekonomi, Jakarta.
Weber, Ron, 2000, Conducting an Information System Audit, USA.

























                                                                                            
20